Wakil dekan Fakultas Islam Nusantara UNUSIA, Dr. Ayatullah, M.Fill dalam diskusi kepemimpinan yang diselenggarakan Dialektika Institute bekerja sama dengan ICMI Muda, Lembaga Survei Independen Nusantara, dan Kliksaja.co pada Senin (04/04/2022) menegaskan bahwa sebelum masuk Islam, Abu Bakar as-Shiddiq merupakan sahabat Nabi yang memahami betul peta ekonomi, politik dan budaya di wilayah Jazirah Arab.
Ayatullah menyebut bahwa dengan latar pengetahuan yang cukup terkait seluk beluk kebudayaan Arab secara keseluruhan, Abu Bakar as-Siddiq saat itu merupakan satu-satunya sahabat Nabi yang layak ditunjuk memimpin masyarakat beriman di tengah ancaman terhadap keruntuhan negara Madinah pasca wafatnya Nabi.
Menurut Ayatullah, di era Abu Bakar, beberapa kabilah yang tidak bayar zakat diperangi. Kebijakan ini merupakan fokus utama di era kepemimpinanya dan siasat ini dilakukan untuk menstabilkan keamanan negara. Hal demikian karena menurut Ayatullah, penopang kelangsungan negara terletak pada kekuatan finansial atau kekuatan logistic yang tertata dengan baik.
Jadi kebijakan Abu Bakar untuk memerangi suku-suku yang tidak membayar zakat ditujukan agar negara Madinah memiliki kekuatan finansial yang cukup bagi keberlangsungannya.
“Saya melihat bahwa fenomena Nabi palsu di era kepemimpinan Abu Bakar bukanlah persoalan yang terlalu penting. Yang penting di sini, dalam perspektif Abu Bakar yang memiliki wawasan tinggi soal budaya Arab, ialah soal penataan ekonomi negara. Jadi tantangan utama di era kepemimpinan Abu Bakar ialah soal keengganan kabilah-kabilah Arab yang tidak mau lagi membayar zakat yang dampaknya akan menghancurkan sendi negara,” jelas Ayatullah.
Simak lebih jelasnya di video berikut ini: